Pages

Sunday, August 1, 2010

Menjadi Orangtua (Bagian 1)


                                                                                                             Rifol's fam, Puncak Pass, Juli 1990

If I had my child to raise all over again,
I'd build self-esteem first, and the house later.
I'd finger-paint more, and point the finger less.
I would do less correcting and more connecting.
I'd take my eyes off my watch, and watch with my eyes.
I'd take more hikes and fly more kites.
I'd stop playing serious, and seriously play.
I would run through more fields and gaze at more stars.
I'd do more hugging and less tugging.

~Diane Loomans, from "If I Had My Child To Raise Over Again"~



Tiba-tiba saja kita menjadi orangtua. Ya, hanya sesaat menikmati masa bulan madu yang mana kita harus belajar menyesuaikan diri dengan pasangan suami/istri yang baru dinikahi selama kurang lebih setahun lalu. Dan kini, kita memiliki individu baru (bayi) yang seluruh hidupnya akan bergantung 100% pada kita berdua sebagai orangtua.

Rasa suka cita kegembiraan serta haru yang melingkupi kehadiran makhluk mungil hasil cinta kasih berdua yang terlihat sangat tak berdaya tapi memiliki suara tangis yang menggetarkan kalbu. Tak berapa  lama berlalunya waktu mulailah timbul kecemasan, ketakutan dan rasa ketidak pastian akan kemampuan diri untuk merawat dan membesarkan bayi mungil tersebut hingga menjadi manusia dewasa yang baik dan berhasil di masa datang.

Sekelebat timbul pertanyaan dalam diri ini, apa arti sesungguhnya menjadi orangtua? Apakah hanya dengan menghadirkan mereka ke dunia maka kita otomatis menjadi orangtua? Apakah dengan memberi makan, pakaian, rumah, pendidikan serta lingkungan yang baik otomatis kita sudah bisa menjadi orangtua yang baik dan anak-anak kita secara otomatis akan menjadi manusia yang bahagia, percaya diri dan siap menghadapi segala problema dunia?

Mayoritas orangtua sungguh sungguh mau merawat dan membesarkan anak mereka dengan baik. Hampir tidak ada orangtua yang berniat mengabaikan atau sengaja mencelakakan anak-anaknya. Sebagian besar dari orangtua termasuk kita semua tentunya menginginkan anak-anaknya menjadi manusia yang bahagia, tentram, sopan, berbudi luhur, jujur, percaya diri dan mandiri. Pada dasarnya setiap orangtua mempunyai harapan dan keinginan yang tinggi untuk anak-anaknya untuk bisa hidup layak di dunia ini.

Tapi yang menjadi perhatian sekarang apakah semua orangtua mampu untuk menterjemahkan cita-cita mereka dalam kehidupan sehari-hari. Apakah mereka mampu mengidentifikasi semua harapan mereka terhadap anak-anaknya dan mampu untuk menerapkan metoda pengasuhan yang tepat untuk mewujudkan harapan tersebut.

No comments:

Post a Comment